Sabtu, 13 Februari 2010

Sejarah Ilmu Tulisan Tangan (Grafologi)

Aristoteles, seorang filsuf Yunani pada 4.000 tahun lampau telah mampu mengaitkan tulisan tangan dengan waktu pemiliknya. Aristoteles (Soemantoro, 2009 : 2) mengatakan bahwa seperti cara berpikir manusia yang pengucapannya berbeda-beda, begitu pula perbedaan menulis. Sementara, sorotan lebih tajam dilontarkan oleh Konfusius (Soemantoro, 2009 : 2) dengan mengatakan tulisan tangan dapat secara sempurna menunjukkan apakah itu datang dari seorang cerdas atau seorang yang terbuka.
Camillo Baldi (1550 - 1637) seorang dokter dan pendidik (sebagai Dekan College of Philosophy, di University of Bologna) menerbitkan sebuah karya tulis pada tahun 1625 berjudul ”Trattato come de una lettera missiva si conoscano la natura, e qualita dello scrittore” (bagaimana dari sebuah surat seseorang bisa mengetahui sifat dan kualitas penulisnya), yang mengkaji hubungan antara tulisan tangan dan kepribadian.
Usaha melakukan perbandingan tulisan tangan dengan emosi, karakter, watak, dan kepandaian si penulis terus dilakukan dari masa ke masa dan seiring dengan perkembangan sarana tulis-menulis, barulah pada abad ke-17 bermunculan pembahasan yang intens tentang ilmu ini.
Dua ratus tahun kemudian di Paris, cendekiawan Abbe Flandrin (1904 – 1864) dan muridanya Abbe Jean Hyppplyte Michon (1806 – 1881), seorang pendidik di Prancis, mengabdikan banyak waktu mereka pada ilmu tentang tulisan tangan. Michon kemudian menerbitkan makalah-makalah tentang sistemnya untuk menganalisis tulisan tangan, yang menguraikan bagaimana elemen-elemen atau ”tanda-tanda” tertentu (seperti goresan dan bentuk huruf seseorang) berhubungan dengan ciri kepribadian tertentu. Beliau memperkenalkan nama grafologi untuk menjelaskan tentang kajiannya. Michon juga dianggap berjasa dalam mendorong penyebarluasan minat terhadap garfologi, baik dalam lingkup umum maupun akademis.
Orang Prancis lainnya dan juga murid Michon, yaitu Jules Crepieux Jamin (1858 – 1940) mengambil teori yang selangkah lebih jauh. Beliau menyakini bahwa tulisan tangan harus diteliti sebagai satu kesatuan utuh dan penafsirannya harus disandarkan pada fitur-fitur lain. Beliau membagi elemen-elemen dasar tulisan tangan ke dalam tujuh kategori : dimensi, bentuk, tekanan, kecepatan, arah, layout (tata letak) dan kontinuitas. Pendekatan Crepieux Jamin menjadi dasar bagi aliran grafologi di Prancis. Pendekatan ini juga memberi pengaruh dalam bidang psikologi dan menjadi landasan bagi pendekatan Gestalt kepada analisis tulisan tangan.
Menjelang akhir abad ke-19, bangsa Jerman ikut ambil bagian dalam bidang grafologi dan mulai membuat kontribusi sendiri terhadap bidang ini. Wilhelm Preyer (1841 – 1897), seorang Profesor Fisiologi membandingkan tulisan tangan orang ketika tangan, kaki, dan mulut mereka memegang pena. Preyer mencatat kesamaan yang jelas dalam bentuk dan struktur setiap sampel. Dan beliau menyimpulkan bahwa tulisan “tangan” adalah benar-benar tulisan “otak”, karena diorganisasikan secara pusat di dalam otak. Proses visualisasi huruf secara mental mauoun fisik, dan juga kemudian mengirimkan informasi tersebut ke area sensorik dan motorik. Itulah yang menghasilkan bentuk tulisan di atas kertas. Pandangan ini telah dibuktikan dengan pengetahuan bahwa orang yang terkena stroke tulisan tangannya akan rusak parah. Sementara mereka yang mengunakan tangan palsu pada akhirnya dapat memperoleh kembali keterampilan menulis dengan tangannya.
George Meyer seorang psikiater Jerman menemukan bahwa mood (suasana hati) dan emosi berperan dalam perubahan-perubahan kecil dalam tulisan tangan. Pengungkapan oleh Prever dan Meyer mengilhami para psikolog dan ilmu lain untuk menaruh minat pada grafologi.
Sekitar penggantian abad ke-20, Ludvig Klages (1872 – 1956), seorang Filosof dan ahli grafologi dan penulis Die Handschrift als Gehernshrift menerapkan teori Gestalt yang berarti ”lengkap” atau ”utuh” dalam kajiannya sehingga memperluas cakupan grafologi. Klages berupaya melihat kepada seluruh contoh tulisan daripada menyamakan setiap goresan dengan sifat tertentu. Beliau juga menyimpulkan bahwa tulisan tangan adalah keseimbangan antara aspek sadar dan bawah sadar dari kepribadian seseorang.
Di Switzerland, max Pulver (1890 – 1953) seorang Profesor di Universitas Zurich, mempelajari karya Klages dan menerapkan metode psikologi Carl Jung dan Sigmund Freud pada analisis tulisan tangan. Beliau menggolongkan tulisan tangan ke dalam tiga ”zona” atas, tengah, dan bawah ; masing-masing berhubungan dengan area kepribadian berbeda. Pulver juga memperkenalkan pemaknaan ruang pada halaman kertas – makna sisi kiri dan kanan halaman (atau lebih dikenal sekarang marin kiri – kana), serta makna lebar atau sempitnya margin atas, bawah dan samping.
Robert Saudek (1880 – 1935), seorang Chekoslovakia melakukan eksprimen tentanga kecepatan tulisan tangan. Sementara itu, Rudolph Pophal (1893 – 1966), Profesor Neurologi di Hamburg Jerman, mempelajari bagaimana otak mempengaruhi goresan tulisn di atas kertas. Sebagai seorang akhi neurologi, Pophal mempelajari fungsi otak dan melakukan riset tentang sisi fisiologis tulisan tangan dan perilaku, yang menegaskan sekali lagi bahwa tulisan tangan bukan berasal dari tangan melainkan dari rangsangan-rangsangan dalam otak.
Edgar Berillon (1859 – 1948) seorang psikolog Prancis dan pakar penyakit kejiwaan, menemukan bahwa latihan menulis dapat mengubah perilaku pada pasien. Upaya Berillon untuk menunjukkan bahwa ada hubungan antara pikiran dan tulisan. Kajiannya yaitu psychotherapie graphique, yang menghasilkan kajian dan praktik grapho therapy. Psikolog Perancis terkemuka, Pierre Janet (1859 – 1947), melakukan banyak kajian tentang pikiran bawah sadar, tertarik pada kajian Berillon dan pada akhirnya membenarkan temuan Berillon tersebut. Kajian dan pengujian lebih lanjut dilakukan di Sorbonne. Pada tahun 1950-an, ratusan anak dengan gangguan mental diobati dengan grapho therapy.
Klara Roman (1881 – 1962), seorang praktisi dari Hungaria, mempelajari energi kepribadian sadar dan tidak sadar sebagaimana digambarkan dalam tulisan tangan, serta hubungan antara bahasa lisan dan tulisan tangan. Beliau menciptakan Psychogram, alat pengukur yang membandingkan tulisan dengan karakter penulisnya.

1 komentar: